Banyumas- 10 April 2021 pukul 14.00.16 WIB wilayah Samudera Hindia Selatan Jawa diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG dalam informasi pendahuluan menunjukkan gempabumi ini memiliki magnitudo M=6,7 kemudian diupdate menjadi magnitudo Mw=6,1, ungkap Koordinator Sistem Informasi Unsoed Ir.Alief Einstein,M.Hum.
Dosen Teknik Geologi Fakultas Teknik Unsoed Dr.Ir.Asmoro Widagdo,ST., MT, IPP, memaparkan bahwa gempa bumi di Samudera Hindia sebelah selatan Malang merupakan proses pelepasan stress atau tekanan yang dialami batuan di bawah laut akibat desakan batuan samudera Hindia ke bawah Pulau Jawa. Proses pelepasan tekanan gaya ini merupakan hal yang telah terjadi sepanjang masa prasejarah-sejarah dan masih akan selalu terjadi di masa mendatang.
Hal ini perlu disikapi dengan kesiapan kita sebagai penghuni kawasan bencana. Alam tidak mungkin dapat menyesuaikan keinginan manusia, namun kita yang perlu menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan potensi bencana alam terutama gempa bumi yang akan kita alami.
Gempa di selatan Malang termasuk jenis gempa yang diakibatkan oleh pergerakan patahan yang terjadi di kedalaman dangkal sekitar 25 km. Gempa dangkal terjadi pada pusat gempa kurang dari 60 km dan menimbulkan kerusakan seperti yang pernah terjadi di Yogyakarta, Flores dan Bali.
Data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pascagempa berkekuatan magnitudo 6,1, di selatan Kabupaten Malang pukul 14.00 telah terjadi gempa susulan tercatat sebanyak lima kali. Gempa susulan magnitudo 3,2 pukul 14.53 WIB, gempa magnitudo 3,6 pada pukul 15.05 WIB, gempa magnitudo 3,3 pukul 16.04 WIB, kemudian magnitudo 3,4 pukul 18.36 WIB dan gempa magnitudo 4,1 pukul 19.49 WIB.
Ahli Geologi Struktur Patahan dari Fakultas Teknik Unsoed Dr.Ir.Asmoro Widagdo, ST., MT., IPP. menjelaskan bahwa pelepasan tegangan melalui gempa utama dan gempa-gempa susulan merupakan proses menuju kepada ke stabilan lempeng batuan di bawah Pulau Jawa bagian timur.
Melalui gempa ini kawasan sekitar jalur patahan dan lempeng Jawa bagian timur menjadi lebih aman hingga beberapa saat ke depan. Bagian lain di selatan Pulau Jawa kemungkinan akan menyesuaikan dengan kondisi normal baru yang terjadi pasca gempa. Sehingga patut di waspadai jalur-jalur gempa di Jawa bagian tengah, bagian barat dan jalur gempa di Bali dan Nusa Tenggara.
Dr.Ir.Asmoro Widagdo, ST., MT., IPP. mengatakan masyarakat Malang dan sekitarnya tidak perlu khawatir akan kejadian gempa berikutnya. Namun mereka perlu menarik pelajaran dari bencana ini untuk beradaptasi dengan kemungkinan terburuk. Edukasi kebencanaan perlu diberikan sebagai bagian dari kurikulum anak-anak sekolah di kawasan ini, sehingga mereka tidak akan lupa bagaimana pengalaman buruk yang pernah dialaminya.
Sehingga kesiapan dan kesiagaan akan selalu menjadi bagian budaya masyarakat pesisir selatan Jawa.
Anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia IAGI Dr.Ir.Asmoro Widagdo, ST., MT., IPP. menjelaskan bahwa gempa-gempa skala kecil yang terjadi perlu di wartakan sebagai hal yang harus diharapkan kedatangannya.
Dengan demikian perasaan lega akan menggantikan perasaan panik dan takut selepas kejadian gempa tersebut. Gempa kecil yang sering terjadi akan merupakan penanda terhindarnya mereka dari ancaman bencana gempa besar akibat tekanan batuan di bawah yang terlalu tinggi tanpa ada kesempatan melepaskan gaya tekan tersebut.
Anggota Kelompok Studi Jawa Tengah Selatan (KSJTS)
Dr.Ir.Asmoro Widagdo, ST., MT., IPP. menambahkan bahwa sosialisasi bangunan tahan gempa dan bangunan adaptif tsunami perlu disampaikan kepada warga di sepanjang pesisir Jawa. Kearifan local nenek moyang dalam menghadapi gempa bumi dan tsunami perlu di pelajari dan diaplikasikan dalam mitigasi bencana ini. (Dicky)