Serang – Aneka keragaman budaya bangsa Indonesia merupakan salah satu wujud dari Negara kesatuan yang penuh dengan keberagaman dan kekayaan. Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam nya baik itu dari segi segi, budaya, ras, daerah, kepercayaan agama dan lain-lain.
Meskipun Indonesia banyak keragaman, namun bisa mempersimbangkan dari berbagai keragaman tersebut, sesuai dengan semboyan Negara Indonesia yaitu “Bhineka Tunggal Ika” yang berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Keragaman budaya atau “keragaman budaya” adalah keniscayaan yang diperkenalkan oleh bangsa Indoneisa. karena Indonesia memiliki keragaman budaya yang tidak dapat dipungkiri lagi keberadaanya.
Seperti yang baru-baru ini dilaksanakan oleh penduduk Kecamatan Cinangka Kabupaten Serang-Banten, ngagurah sungan cidano yang berarti, tradisi budaya turun temurun masyarakat kabupaten Serang diwilayah barat yang menawarkan tiga kecamatan (Kecamatan Cinangka, Kecamatan Padarincang, Kecamatan Mancak). Kegiatan Ngagurah dano dilaksanakan setiap tahun sekali pada saat puncak musim kemarau dan setelah panen padi sekitar sawah dibantaran sungai cidano adapun alat tangkap ikan tradisional terdiri dari, Sair, Sambet, Tadah, Anco, dan Jala.
Jenis ikan yang ada disungai cidano ikan patin, ikan nilem, ikan tawes, ikan gabus dan lain lain). Tujuan Ngagurah Dano bukan hanya untuk mengumpulkan tetapi juga bersilaturahmi bagi masyarakat bantaran sungai Cidano.
Menurut pantauan “kejarinfo, Saat acara berlangsung tidak hanya masyarakat yang berada di sekitar atau dekat dengan bantaran sungai, ada masyarakat lain yang ikut menikmati dan meramaikan dan memeriahkan acara tersebut. Acara digelar pada minggu 5/8/2018
Salah satu warga cibawang kecamatan Cinangka sebut saja “kang arif” setiap tahun selalu ikut meramaikan tradisi Ngurah Sungai Cidano sendiri kegiatan rutinitas lain selain menggalang kami yang lainya Membersihkan sampah sampah yang ada disepanjang bantaran sungai cidano demi meningkatkan kebersihan dan kelestarian sungai yang ada di Kab Serang. Imbuhnya
Tradisi ini telah turun temurun secara rutin dan dilakukan pada saat musim kemarau tiba, menampung udara kecil dan dilakukan secara bersama-sama, banyak yang memungkinkan masyarakat yang ingin tahu akan film masyarakat, ngagurah sungai cidano di lakukan oleh warga yang berada dan dekat dengan bantaran sungai, dan melakukan saat musim kemarau kompilasi air danau kecil. Disamping Banyak manfaat yang di rasakan dari tradisi ngagurah ini.
Diantaranya orang-orang yang menemukan ikan secara langsung, selain itu muncul komunitas penghobi, bahkan pemerintah pun turut andil dan juga pengusaha yang khusus dalam tradisi yang secara rutin dilaksanakan.
Tradisi ngagurah ini sudah ada sejak dulu, meskipun tidak ada sejak kapan di mulainya dan siapa yang pertama kali pencetusnya, dan juga dari daerah mana saja yang ikut ngagurah ini. entahlah tidak ada yang tahu secara pasti.
Sebelum pelaksanaanya, warga sudah jauh jauh hari, dari mulut kemulut untuk mengajak dan mengatur berbagai cara untuk menemukan, dari berbagai kampung dan desa berdatangan dari berbagai daerah. Masyarakat adat membawa alat tangkap dan wadah ikan tradisional, terkadang ada yang membuat sendiri atau pesan, ukurannya pun bervariasi, dari yang sedang hingga sangat besar.
Warga pun TIDAK lupa hearts Tradisi ngagurah Penyanyi membawa Kebutuhan seperti nasi timbel, namun tetapi Hanya nasi DENGAN sambel Saja, KARENA seusai ngagurah mereka Pilih beberapa ikan untuk review Dibakar Di Lokasi tersebut Lalu bancakan (nasi Dan sambel disatukan Dan digelar Diatas daun pisang Yang dihamparkan, Lalu makan bersama sama).
Menurut warga, pemerhati, penggiat sekaligus penghobi ngagurah ini, Mengatakan bahwa ngagurah ini banyak sisi positifnya baik bagi dirinya maupun yang lain (manfaatnya); pertama, dengan ikut ngagurah orang-orang yang dapat menangkap ikan yang bermanfaat untuk asupan protein dan kalsium yang dibutuhkan tubuh manusia. Kedua, dalam praktek ngagurah ini, dari kampung, kawan, karakter dan sosialogi yang berbeda menyatu dalam tempat yang sama dengan pokok yang sama pula. Disini tumbuh rasa solidaritas dan kekompakan antar sesama, mereka saling kenal, menolong dan bergaul.
Ketiga, saat ngagurah, ikan ikan banyak bersembunyi ke semak dan belukar rerumputan dipinggiran sungai, termasuk ikannya dan bisa dilakukan dengan cepat dan membantu membersihkan sampah yang dapat menghubungkan atau menghambat aliran udara musim banji karena tumbuhan tersebut diangkat kedarat atau diurai dan dihanyutkan ke hilir. Keempat, setelah mereka pulang dengan ikan miliknya masing-masing, dalam hati mereka muncul sipat kepeduliannya untuk berbagi, dan mereka hanya memberi ikan sedikit memberi makan, dan jika dikaji masih banyak lagi manpaat dari tradisi ngagurah ini.
Seiring dengan berkembangnya jaman dan pemikiran warga, tradisi ngagurah ini mendapatkan perhatian lebih dengan terdengarnya issu. Kelompok-kelompok penghobi ngagurah dengan ruang lingkup kampung atau desa.
Sedangkan untuk Kedepannya, setelah terbentuknya kelompok-kelompok tersebut, penggagas akan dilakukan dengan penyusunan paguyuban yang mewadahi kelompok kelompok yang tersebar di tiga kecamatan yaitu; padarincang, cinangka dan mancak. Bupati serang HJ.Ratu Tatu Chasanah melihat acara ini secara langsung sangat menyenangkan dan memberikan penghargaan kepada masyarakat setempat bahwa ada kekompakan masyarakat Banten dari tiga kecamatan yang ikut serta dalam tradisi meramaikan Ngagurah sungai Cidano ini. Pungkasnya
(NK)