Telan Anggaran Miliaran Rupiah,Bangunan Pasar Rakyat di Jambe Mangkrak

TANGERANG – Bangunan pasar tradisional jambe di Kampung Tipar, Desa Tipar, Kecamatan Jambe, Kabupaten Tangerang tidak terawat alias mangkrak. Padahal, berdasarkan data dari Dinas Tata Ruang dan Bangunan (DTRB), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang telah menggelontorkan biaya sebesar Rp 2,9 Miliar melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) 2016 untuk pembangun fisik pasar tersebut.

Pantauan wartawan, Jumat (10/1/2020) sekitar pukul 09.00 WIB, Kondisi bangunan Pasar Jambe dibiarkan tidak terawat lagi dan dipenuhi rumput liar di bagian luarnya. Cat tembok sudah terkelupas, bahkan sudah pecah.

Bukan hanya itu saja, sebagian kaca jendela sudah ada yang pecah dan pintu gedung terlepas bahkan ada yang hilang digasak pencuri. Yang meyedihkan, bangunan yang rencananya dimanfaatkan untuk memperkuat ekonomi warga itu, kini jadi tempat parkir truk sampah.

Salah seorang warga Kampung Tipar, Desa Tipar, Kecamatan Jambe, Asep Asbari menjelaskan, pasar tradisional jambe ini dibangun 2016 dan diresmikan awal 2017 lalu. Setelah diresmikan, lanjut pria yang akrab dipanggil Asbari, pasar tradisional jambe itu tidak pernah diisi para pedagang.

“Sudah hampir dua tahun tidak terawat. Pokonya sejak diresmikan 2017, tidak ada pedagang yang mau mengisi,” kata Asbari kepada wartawan saat ditemui di tokonya.

Menurut Asbari, lokasi pasar tradisional jambe dinilai tidak strategis. Sehingga, para pedagang enggan mengisi lapak pasar. Selain itu, kondisi pasar yang ditutup pagar dikhwatirkan banyak pembeli tidak mau masuk ke pasar.

“Seharusnya, bangunan pasar terbuka tidak ditutup pagar begitu. Jika ditutup seperti itu, khawatir pembeli tidak mau masuk,” jelasnya.

Senada disampikan Asbari, salah seorang pedagang buah pisang, Sobirin (43) mengaku, lebih memilih berjualan di tempatnya yang lama, yakni pasar daru. Menurutnya, berjualan di pasar lama lebih strategis dan banyak pelanggan dibanding pasar baru yang dibangun oleh Pemkab Tangerang.

“Pasar baru (pasar tradisional jambe_red) lokasinya tidak stategis. Saya juga heran kenapa Pemkab membangun pasar disitu,” katanya.

Sobirin mengaku, pernah mendapat surat dari aparatur Kecamatan Jambe yang isinya disuruh pindah ke pasar baru. Namun, Ia dan sejumlah pedagang tidak mau pindah karena lokasi pasar yang disediakan Pemkab itu karena selain tidak tidak strategis juga jalan menuju ke pasar rusak.

“Kalau di sana, nanti pembeli tidak mau masuk. Soalnya, jalan menuju pasar baru rusak, kalau hujan becek,” jelasnya.

Camat Jambe Heru Ultari hingga berita ini diturunkan belum bisa diminta tanggapan. Saat ditangani ke kantornya, Heru sedang berada diluar kantor. Sementara, pesan singkat dan panggilan wartawan tidak direspon, meskipun dalam keadaan aktif.

Sopiyan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *